ads

kudusnet.com

Informasi Lugas dan Terpercaya

Prodi PBSI UMK dan Sastra Indonesia Unud Gelar Seminar Nasional, Bahas Kajian Sastra di Era Digital

Kudusnet.com
  •  
  •  
  •  
  •  
  •  

DENPASAR, kudusnet.com – Ratusan peserta dengan antusias mengikuti kegiatan Seminar Nasional dengan tema “Literasi Kajian Sastra dalam Perspektif di Era Digital” di ruang Auditorium Widya Sabha Mandala, Universitas Udayana (Unud), Jumat (11/10/2024) pagi.

Kegiatan seminar ini dilaksanakan secara Hybrid. Yaitu secara tatap muka secara langsung dan ada sebagian peserta yang mengikuti secara daring melalui aplikasi zoom meeting.

Seminar Nasional tersebut menghadirkan empat narasumber. Pertama Dr. Luthfa Nugraheni, M.Pd. dari UMK. Kedua Dr. Resdiyanto Permata, M.Pd. dari Unesa. Ketiga, Dr. Drs. Ida Bagus Jelantik SP, M. Hum., dari Unud Bali, dan Eva Ardiana Indriani, S.S., M.Hum., dari Universitas PGRI Semarang. Kegiatan dibuka Prof. Dr. Ni Ketut Ratna Erawati, M.Hum., selaku wakil Dekan II FIB Unud.

Dr. I Gusti Ayu Agung Mas Triadnyani, S.S., M.Hum. selaku Koordinator Program Studi Sastra Indonesia FIB Unud menyampaikan ucapan terima kasih kepada Program Studi PBSI Universitas Muria Kudus yang telah menjalin kerjasama.

“Terima kasih kepada Prodi PBSI UMK yang telah berkenan melakukan kerjasama kepada prodi Kami. Kegiatan dalam bentuk seminar nasional ini tentu akan menambah kegembiraan suasana dalam kegiatan ini,” tutur I Gusti Ayu saat memberikan sambutan, Kamis (11/10/2024).

Dr. Irfai Fathurohman, M.Pd. selaku Kaprodi PBSI UMK menjelaskan bahwa
Seminar Nasional yang dilakukan ini merupakan implementasi dari kerjasama antara PBSI FKIP UMK dan Program Studi Sastra Indonesia FIB Uneiversitas Udayana, Bali.

“Kerjasama itu diantaranya dalam bentuk Seminar Nasional, Seminar Internaional, Kuliah Pakar, Reviewer jurnal, dan sebagainya. Semoga kerjasama ini berjalan terus menerus, sesuai dengan kesepakatan yang sudah terjalin,” harap Irfai, selaku Kaprodi PBSI UMK.

Luthfa Nugraheni salah satu narasumber Seminar Nasional menyampaikan materi tentang Satra Anak Di Era Digital.

Luthfa menjelaskan bahwa sastra anak dalam era digital ada tiga karakteristik. Karakteristik pertama Integrasi Teknologi. Karakteristik kedua pembelajaran personal, dan karakteristik ketiga yaitu keterlibatan orang tua.

Penggunaan teknologi dalam sastra anak dalam pembelajaran bisa dalam bentuk e-book, aplikasi pembelajaran, dan platform digital.

“Pembelajaran sastra anak di era digital ditandai dengan penggunaan teknologi seperti aplikasi edukatif, e-learning, platform dan sebagainya. Keterlibatan Orang tua, maka orang tua perlu terlibat aktif dalam pembelajaran sastra anak di era digital, misal mendampingi dan mengawasi anak dalam mengakses sastra berbasis digital,” ungkap Luthfa Nugraheni.

Ia menambahkan bahwa implikasi industrialisasi pembelajaran sastra anak memiliki tantangan dan peluang yang harus diperhatikan. Tantangan dan peluang itu merupakan hal penting yang perlu diperhatikan oleh banyak pihak.

Narasumber kedua Dr. Resdianto, membahas tema tradisi spiritual dan teknologi. Bahwa naskah kuno misal naskah dalam daun lontar memiliki fungsi menyembuhkan dari segi kesehatan dan fungsi mematikan.

“Misal kepercayaan sangkal putung atau reposisi tulang dengan keris untuk pengobatan tulang. Kepercayaan yang muncul, sampai ke titik psikologi kita terkena,” kata Resdianto.

Praktik spiritual dan pengobatan alternatif kadang diiklankan melalui teknologi misal media sosial. Praktik spiritual lewat teknologi yang saat ini secara mitos tidak mungkin.

“Namun hasil wawancara dengan responden, mereka bisa melakukannya penyembuhan secara hybrid. Penyembuhan spiritual walaupun dari jarak jauh misal melalui zoom meeting atau google meet atau lainnya, bisa. Istilahnya praktik penyembuhan spiritual secara hybrid,” kata Resdianto.

Narasumber ketiga Dr. Ida Bagus Jelantik SP, menyampaikan tentang mitos dalam perilaku masyarakat.

Mitos sampai sekarang diceritakan di masyarakat oleh masyarakat umum maupun masyarakat khusus. Banyak mitos itu menceritakan bagaimana budaya itu harus dilestarikan.

“Misal mitos jero Istri. Konteks mitos jero istri ini hidup pada zaman Bali pada masa lalu. Mitosnya bahwa kecantikan membuat orang tertarik pada dia. Perempuan cantik itu menjadi objek yang membahayakan juga bagi dirinya. Misal orang ingin menggodanya dan sebagainya,”

Ajaran mitos jero istri ini sebenarnya dia ramah kepada saja, punya keterampilan, banyak punya pengalaman karena sering melakukan kegiatan keagamaan dan sosial yang tinggi. Pada titik itu karena cantik dan pandai banyak orang ingin memperistrinya. Ada yang ingin menggoda, dan ada yang ingin bercinta, sampai pada suatu saat ada memaksa dan dia membela diri dengan membunuh orang yang memaksanya.

“Wanita itu kemudian dianggap tidak bersalah karena membela diri. Dia memilih tidak mau nikah, rajin ibadah, sampai mati. Konsep mitos ini bermakna bakti. Kaitannya dengan literasi digital, konsep mitos ini perlu disosialisasikan di media digital,” kata Ida Bagus,

Narasumber keempat Eva Ardiana menjelaskan materi tentang memantapkan profil pelajar pancasila melalui literasi sastra era digital. Ia menjelaskan bahwa literasi sastra sangat penting salah satunya bermanfaat untuk menguatkan dan memantapkan profil pelajar pancasila. (Ahs)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *