ads

kudusnet.com

Informasi Lugas dan Terpercaya

Makam Keramat Putri Sunan Muria Yang Menyimpan Kisah Cinta Terlarang

Kudusnet.com
  •  
  •  
  •  
  •  
  •  

Makam Raden Ayu Dewi Nawangsih dan Raden Bagus Rinangku terletak di Desa Kandangmas, Dusun Masin, Kecamatan Dawe. Tempat ini berjarak kurang lebih 17 kilometer atau 28 menit dengan mobil dari pusat Kota Kudus. Tempat makam tersebut berada di sebuah bukit di kota Kandangmas. Tempatnya masih terlihat hijau dengan pepohonan yang tinggi. Setelah sampai di pintu masuk makam, pengunjung harus berjalan kaki sejauh 200 meter untuk mencapai bukit tempat makam Raden Ayu Dewi Nawangsih dan Raden Bagus Rinangku berada.

Gambar gapura makam

Raden Ayu Dewi Nawangsih merupakan putri dari Sunan Muria (Raden Umar Said). Cantiknya paras Dewi Ayu Nawangsih banyak meluluhkan hati para lelaki, salah satunya adalah murid Sunan Muria Bernama Raden Bagus Rinangku.

Sedangkan Raden Bagus Rinangku merupakan putra dari Sultan Agung Mataram Raden Sunan Mangkurat dari Djogjakarta. Ia tergolong murid yang pandai dengan kepintarannya dan wajah rupawannya mampu menimbulkan benih-benih asmara di hati Raden Ayu Dewi Nawangsih.

Kabar Raden Bagus Rinangku akhirnya sampai ke telinga Dewi Nawangsih, perasaan kecewa berat atas sikap Sang Ayah dan rasa sedihnya atas kepergian Sang Kekasih, menjadikan Dewi Nawangsih pun rela mati bersama Raden Bagus. Busur panah yang masih tertancap di dada Raden Bagus, membuat Dewi Nawangsih pun menimpangi busur panah itu dengan badannya. Lalu tertusuk, dan matilah dua sejoli itu oleh busur panah Sunan Muria.

Dalam acara pemakaman keduanya, Sultan Agung datang melihat jasad anaknya untuk terakhir kalinya. Dalam balutan rasa duka yang mendalam, Sultan Agung Mataram mengutaran sebuah sabda. “Besuk rejoning zaman, makam kedua anak ini dapat digunakan sebagai tempat berziarah,”

Mengenai acara buka luwur yang diadakan untuk menghormati keberadaan makam Raden Ayu Dewi Nawangsih dan Raden Bagus Rinangku, penggantian kain makam diselenggarakan sehari sebelum tanggal 14 Dzulhijjah, yaitu tanggal 13 Dzulhijjah. Pada tanggal 14 Dzulhijjah dilaksanakan syukuran dengan agenda yang diawali dengan acara “Khotmil Qur’an” atau khataman al-Qur’an beserta pembacaan tahlil. Kemudian dilanjutkan sambutan-sambutan dari panitia dan pengurus.

Acara buka luwur yang diadakan oleh masyarakat setempat tidak mengandung unsur-unsur kesyirikan dan menyimpang dari agama Islam. Karena masyarakat mengadakan acara tersebut dengan cara yang sesuai dengan syariat Islam.

Menurut Bapak Budhi Sutrisno selaku sekretaris desa dan tokoh masyarakat setempat di Kandangmas terkait budaya atau tradisi makam keramat Raden Ayu Dewi Nawangsih tersebut kita sebagai generasi turun-temurun mau tak mau harus menerima tradisi tersebut karena tradisi atau kebudayaan tersebut sudah terjadi secara turun-temurun dan sudah melebur pada pribadi masyarakat setempat. Kita sebagai generasi sekarang harus meneruskan kebudayaan tersebut terutama sebagai masyarakat Kandangmas. (VV,SAF)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *