Miyago, Mi Ayam Goreng di Warung Ndelix yang Bikin Ketagihan
KUDUS, kudusnet.com – Jika kita menyusuri jalan di sepanjang Alun-Alun Kudus ke arah timur, tepatnya di jalan Pramuka, maka kita akan menemukan komplek Ruko Pramuka Square yang terletak di sisi sebelah utara jalan raya. Tepat di seberang komplek ruko tersebut terdapat sebuah gang kecil. Gang tersebut tidak terlalu tampak jika kita melintas dari arah timur maupun barat karena agak tertutup sebuah pohon di depannya. Namun jika hapal dan terbiasa dengan daerah tersebut, akan dengan mudah menemukannya.
Masuk ke dalam gang kecil itu, kita akan menemukan sebuah warung rumahan di sebelah kiri jalan. Namanya Warung Miyago Ndelix. Dinamakan Ndelix karena letaknya yang tidak terlihat dari jalan raya seperti warung-warung pada umumnya. Nama ‘Ndelix’ diambil dari plesetan kata ‘ndelik’, dalam bahasa Jawa yang jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia berarti ‘sembunyi’ atau ‘tersembunyi’. Orang yang belum pernah kesana harus mencari-cari dulu lokasinya dan jika sudah berkunjung beberapa kali akan hapal dengan sendirinya.
Nova Muryanto (40), pemilik warung Ndelix mengawali usahanya pada Januari 2019. Berawal ketika usaha sablon reklame berbahan kain peninggalan almarhum ayahnya mulai sepi karena tergusur oleh maraknya jasa banner yang menjamur di Kudus, Nova mulai memutar otak untuk bisa bertahan hidup. Dia tidak malu berjualan meskipun seorang sarjana lulusan bahasa Inggris dari Universitas Muria Kudus, sebuah universitas swasta di Kudus. Dari hobinya yang suka berkuliner dan didukung pula dengan keahliannya yang bisa memasak, dia mulai mencoba membuat mi ayam. Hingga kini, mi ayam masih menjadi kuliner yang cukup mencuri perhatian di masyarakat selain bakso.
Tak hanya mengandalkan keahliannya memasak, Nova juga melakukan survei hingga ke Semarang. Dia berkunjung ke warung-warung mi ayam di Semarang dan menimbang-nimbang rasanya. Sambil mencicipi kuliner tersebut, dia berusaha menebak bumbu apa saja yang mereka racik di dalam kuah mi ayam, apa yang kurang, dan apa yang harus ditambahkan sebagai pembanding mi ayam racikannya sendiri.
Semula Nova membuka warungnya di teras rumahnya dan hanya menjual mi ayam kuah. Gerobak untuk meletakkan dagangannya dia letakkan di teras memanjang berukuran 1×3 meter tersebut. Sedangkan meja dan kursi untuk pengunjung dia tempatkan di ruang tamu dengan konsep lesehan.
Usaha sablon tetap dilanjutkan mengingat masih ada beberapa pelanggan relasi almarhum ayahnya yang mempercayakan propaganda perusahaan miliknya di jasa sablon Wahyu milik Nova. Jika ada pesanan sablon, maka Nova memilih 1 atau 2 hari untuk libur berjualan mi ayam sehingga bisa fokus menyelesaikan pesanan sablon.
Pada awalnya, Nova agak putus asa karena sedikitnya pembeli setiap harinya. Penghasilan yang dia dapat tidak menentu.
“Dulu waktu awal jualan, mi ayam saya hanya bisa terjual 15 hingga 20 mangkuk tiap harinya.” Ujar Nova.
Nova menambahkan, “Saya maklum, mungkin karena warung saya tidak terlihat dari jalan besar, sehingga belum pada tahu kalau ada warung mi ayam di gang sempit seperti ini. Tapi saya tidak menyerah. Namanya juga baru buka. Saya tetap berjualan setiap harinya.” Ucapnya dengan bangga.
Keberadaan warungnya dan kelezatan mi ayam Ndelix semakin lama diketahui orang banyak. Hal ini didukung teman-temannya yang menyebarkan dari mulut ke mulut. Menurut Nova, dia sangat bersyukur memiliki teman-teman yang banyak membantunya.
Seiring waktu, Nova memutar otak lagi untuk memperluas warungnya. Hal ini dikarenakan keterbatasan waktu dan tenaga dalam mengelola usaha sablon yang hasilnya tidak menjanjikan. Sehingga usaha sablon akhirnya dihentikan. Selain itu, alasan yang paling utama adalah warungnya tidak cukup luas untuk menampung pengunjung yang semakin bertambah. Ruangan bagian selatan rumah yang dulunya untuk menyablon kain direnovasi menjadi warung.
Setelah beberapa bulan, Nova mulai membuat menu mi ayam goreng atau yang lebih dikenal dengan sebutan miyago. Idenya berasal dari mi level. Kala itu miyago buatannya termasuk sebagai menu baru karena belum banyak yang berjualan miyago seperti sekarang ini. Miyago adalah mi ayam yang ditiriskan, ditumis dengan minyak goreng, lalu ditambahkan bakso dan kecap dengan bumbu racikan mi ayam Ndelix. Menu ini cukup digemari oleh pengunjung. Yang membuat miyagonya unik adalah dari penyajiannya. Nova meletakkan sebuah pangsit besar di atas piring, lalu menuangkan miyago ke atas pangsit. Dengan demikian, miyagonya semakin bertambah menarik.
“Saya selalu berusaha terus menerus untuk mengeksplor rasa masakan sehingga menemukan yang pas. Rasanya harus konsisten. Jangan sampai berubah-ubah. Saya tidak mau nanti pelanggan kecewa karena rasanya tiap hari ganti-ganti.” Tegas Nova.
Ketika ditanya kapan liburnya, Nova mengatakan setiap hari Minggu dia libur berjualan. Dia perlu mengistirahatkan tubuhnya karena setiap hari dia melakukan aktivitas di warungnya seorang diri dan tidak ada yang membantu.
“Setiap pagi selepas salat Subuh, saya belanja kebutuhan warung di pasar Bitingan. Sampai rumah saya langsung masak. Jam 11 warung saya buka. Tutupnya sampai mi habis. Kadang sore sudah habis. Kadang juga sampai malam sekitar jam 7 sampai 8.” Tuturnya.
Berkat kegigihan dan keuletannya, kini warung mi ayam dan miyago Ndelix semakin dikenal dan bertambah ramai pengunjung. Pengunjungnya tak hanya tetangga, teman, dan saudara. Orang-orang yang tak dikenalnya semakin tahu dan datang. Tak jarang, di jam istirahat siang. Banyak karyawan yang makan di tempat. Jika tidak bisa datang ke warung, pelanggan bisa memesannya lewat aplikasi Grab Food ataupun Kopdar.
Muhammad Roisul Muttaqin (20), salah satu pelanggan miyago di warung Ndelix mengatakan bahwa miyago buatan Nova sangat lezat dan cocok di lidahnya.
“Saya sering beli mi di sini. Kadang mi ayam kuah, kadang miyago. Dua-duanya enak. Tapi saya lebih suka miyago. Membuat saya ketagihan. Jika ada waktu luang saya sempatkan makan di sini.” Ujar mahasiswa semester 5 IAIN Kudus jurusan PAI ini.
“Satu lagi yang istimewa selain pangsit jumbo. Di sini juga ada ceker ayam bumbu yang besar-besar. Kata mas Nova, ceker-ceker itu pilihan makanya besar-besar. Rasanya enak. Pas kalau dimakan sebagai pelengkap mi ayam atau dimakan begitu saja. Bumbu ceker yang dibuat mas Nova pas.” Puji Rois, nama panggilannya.
Nova selalu bersyukur dengan apa yang dijalaninya setiap hari. Terkadang, dia juga menambah menu di warungnya antara lain: ayam geprek, mi godog Jowo, dan rica-rica ayam.
“Saya kadang memasak menu lain sebagai pelengkap sesuai permintaan. Namanya jualan ya kadang ramai, kadang sepi. Tapi harus tetap disyukuri. Yang penting harus terus berusaha dan berjuang. Tetap berusaha ramah kepada pengunjung, meskipun kadang capek.” Kata Nova.
Nova menambahkan, “Bekerja itu tidak harus dilihat dari latar belakang pendidikan. Bekerja dari hati, dan jangan malu untuk kerja apapun.” Tambah Nova.
“Harapan saya, warung saya tambah pengunjung. Saya juga ingin memiliki warung di pinggir jalan besar jika modal saya sudah cukup. Semoga saja. Pungkasnya. (Hennypw)