ads

kudusnet.com

Informasi Lugas dan Terpercaya

Harga Gabah Rendah, Petani di Desa Kutuk Mengeluh

Kudusnet.com
  •  
  •  
  •  
  •  
  •  
Petani di Kutuk sedang memanen padi menggunakan mesin kombi, pada hari Senin (10/01/2022) pagi.

KUDUS. Kudusnet.com – Panen padi MT (Masa Tanam) I di Desa Kutuk Kecamatan Undaan Kabupaten Kudus mencapai puncaknya pada minggu ini. Namun saat musim panen mencapai puncaknya justru harga gabah sangat rendah dan para petani mengeluh karena merasa dirugikan.

Menurut Ketua GAPOKTAN (Gabungan Kelompok Tani) Sri Mukti, Bapak Parjan (45) mengatakan bahwa MT I ini memang dijadwalkan pada minggu kedua Januari sudah panen raya padi. Menanggapi isu harga jual rendah dia akan mencarikan jalan tengah antara petani dengan penebas padi agar tidak terlalu mencekik para petani.

“Memang sesuai jadwal, MT I ini berlangsung pada pertengahan Januari. Masalah harga rendah itu sudah menjadi PR kami selama beberapa tahun belakangan ini. Saya akan berdiskusi dengan para petani menanggapi hal ini yang sudah menjadi kebiasaan saat musim panen tiba” ungkap Parjan pada Senin (10/01/2022) pagi.

Salah satu petani yang mengeluhkan mengenai harga padi rendah adalah Sahuri (55) warga Desa Kutuk RT 02 RW 02 Undaan Kudus. Saat ditemui di sawahnya, ia mengatakan bahwa petani mengeluh karena sangat dirugikan dengan harga jual yang rendah ini tidak sebanding dengan tenaga dan pupuk untuk merawatnya.

“Petani itu rakyat kecil, kerjanya cuma ke sawah merawat padi dengan harapan harga padi tinggi sehingga cukup untuk memenuhi kebutuhan dan upah selama tiga bulan ke sawah terus untuk merabuk, malah hasilnya mengecawakan” keluh Sahuri saat ditemui di sawah pada minggu (09/01/2022) pagi.

Wawancara dengan Sahuri (55) salah satu petani yang mengeluhkan harga rendah, Senin (10/01/2022) pagi.

Harga gabah di Kutuk hanya berkisar 450.000 tiap kuintalnya. Hal itu sangat tidak cukup untuk membeli rabuk dan obat insektisida selama tiga bulan. Harga jual itu dinilai rendah sebab untuk merawat padi sawah seluas satu hektare dibutuhkan biaya lima jutaan, sedangkan hasil dari panennya dengan harga rendah hanya mendapat uang tujuh hingga delapan juta tiap hektarenya dan itu tidak cukup untuk membayar biaya perawatannya.

“Harga gabah rendah sedangkan rabuk dan obat mahal. Itupun cari pupuk sangat langka. Mencarinya kadang harus ke luar desa bahkan ke Pati daerah Sukolilo. Jadi rakyat kecil ya susah begini, ada korona juga. Payah mas” keluh Sahuri.

Petani di desa Kutuk berharap pemerintah daerah dan dinas terkait untuk menangani fenomena ini, karena harga rendah saat panen raya tidak hanya sekarang saja, melainkan hampir tiap panen. “Harapan saya pemerintah memperhatikan nasib petani seperti kami ini. Kami rakyat kecil sebagai petani desa hanya butuh pupuk murah dan tidak langka serta harga jual yang stabil sehingga hasil panennya dapat mencukupi kebutuhan keluarga kami” tandas Sahuri. (Red/HRG)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *