Perjuangan Akhmad, dari Kuli menjadi Abdi Negeri
Pati, Kudusnet.com-Menjadi anak seorang petani tidak boleh mengurungkan semangat untuk berlari mengejar mimpi. Perekonomian kedua orang tua yang dibilang menurun karena mengalami kebangkrutan untuk biaya berobat. Jalan satu-satunya adalah mengejar beasiswa agar dapat sekolah lebih tinggi.
Seorang pengawas pengelolaan hasil perikanan dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) yang bernama Akhmad Nur Aziz ini pernah menjadi kuli bangunan. “Setelah saya lulus SMA sederajat saya mencalonkan diri menjadi TNI melalui program gratis, tapi saya gagal lalu saya mengejar beasiswa di universitas negeri juga gagal. Saya memutuskan berhenti dan melanjutkan studi tahun depan. Selama setahun saya menjadi kuli bangunan dan beternak sapi untuk penghasilan tambahan.” Ungkap Akhmad (25th)
Pemuda yang berasal dari desa Randuagung, kecamatan Sumber Kabupaten Rembang ini, selama setahun fokus untuk belajar masuk ke perguruan tinggi. Beruntungnya ia memiliki relasi yang cukup banyak, arahan demi arahan ia terima dengan baik. Mursidi, salah satu guru SMK Pelayaran di kota Rembang mengatakan melihat prestasi Akhmad saya kira baik, postur tubuh atau fisik sudah memadai, kebetulan ia juga dari jurusan IPA. Saya arahkan saja untuk melanjutkan ke Sekolah Tinggi Perikanan (STP) di Jakarta.
Setelah setahun mempersiapkan diri, Akhmad mendaftarkan diri di sekolah kedinasan STP ini. Bersama Asrofi temannya dari SMK pelayaran, ia berangkat dari Rembang. Sama-sama bertekad kuat, hanya bermodal doa orang tua mereka berjuang bersama. Tahap demi tahap ia lalui, mereka diterima sebagai taruna di sekolah tinggi ini.
“Meskipun 4 tahun saya mendapat beasiswa, saya berjuang untuk menjadi juara kelas lumayan jika mendapat hadiah sejumlah uang bisa untuk kebutuhan tambahan saya pribadi”, ujar Akhmad salah satu lulusan terbaik tahun 2017.
Lulusan STP banyak yang berkontribusi positif terhadap program prioritas KKP. Salah satunya Akhmad yang diterima sebagai abdi negara di KKP. “Saya menjadi abdi negara juga ada sedihnya mbak, terutama jauh dari orang tua jadi tidak bisa menemani di masa tuanya. Selain itu saya harus siap ditugaskan ke berbagai daerah khususnya pesisir. Tapi saya senang selain keperluan kerja lumayan bisa sekalian jalan-jalan”. Gurauan Akhmad. (15/11)
Dibalik kesedihan, tersimpan banyak kesenangan yang tak terlupakan. Segudang kenangan salah satunya saat pengabdian disebuah desa pesisir di pulau Irian. Selama 10 hari Akhmad terjun langsung untuk melihat kehidupan disana bersama beberapa rekan kerjanya.
Akhmad mengatakan masyarakat desa pesisir pulau Irian ini sangat antusias atas kehadiran kami. Disana kami mensurvei keadaan nelayan disana untuk mendapatkan bantuan dari pemerintah agar tepat sasaran. Disisi lain banyak anak nelayan yang bermain disana dan antusias menyambut kami. (25/11)(Nurika)