DAMPAK POSITIF DAN NEGATIF BAGI PEMBELAJARAN ONLINE
KUDUS, kudusnet.com – Virus covid 19 telah mengguncang dunia, lebih dari 200 negara terdampak pandemi ini, tak terkecuali negara Indonesia. Semenjak di umumkan pemerintah terkait kasus positif pertama yang terjadi di Indonesia.
Dengan adanya pandemi virus covid – 19 pemerintah membuat beberapa kebijakan untuk menghentikan penyebaran virus ini, seperti melakukan lockdown maupun physical distancing (jaga jarak) dan juga mematuhi protokol kesehatan.
Hal ini memberi dampak bagi negara Indonesia, setelah pemerintah memutuskan untuk meliburkan. Namun Kemendikbud menetapkan pembelajaran secara daring/online.
“ Sebenarnya saya lebih suka sekolah luring/ tatap muka, namun dengan kondisi yang tidak memungkinkan lebih baik dilaksanakan dengan menggunakan pembelajaran daring/online” Ujar Fila Syifa. Yang berasal dari desa kedung mutih RT 09 RW 01. Bersekolah di SMA Negeri 1 Pecangaan
“ Namun setelah beberapa minggu menjalani pembelajaran daring, saya lebih suka belajar dengan menggunakan pembelajaran online. Karena saya tidak merasa lelah, lebih bisa santai dan tentunya tugasnya tidak terlalu menyulitkan” ujar Istaharoh Nadlillah, seorang pelajar dari desa Kedung Mutih RT 09 RW 01 yang bersekolah di MA Matholi’ul Huda Bugel Jepara.
Namun para pelajar daring dapat membuka materi dan mempelajarinya dengan mudah, hal ini di dukung oleh teknologi.
“ Selain itu dampak dari pembelajaran online ini menjadikan kita tidak dapat bertemu dengan teman–teman, tidak bisa pergi bareng, berbincang–bincang bersama dan masihada yang lainnya, selain itu faktor utamanya karena sinyal dan juga kuota internet” ujar fila.
Dengan adanya sistem belajar seperti ini setidaknya pendidikan di Indonesia lebih maju walaupun masih harus terus belajar. Salah satu kemajuannya, yaitu pendidikan Indonesia sudah bisa memanfaatkan teknologi yang ada dan cara belajar pendidikan di Indonesia lebih bervariatif dengan adanya belajar online.
Belajar online yang tidak memakan waktu banyak dapat membuat pelajar bisa mengembanhkan diri pada hal lain, seperti membaca, menulis, atau menggambar. Dengan begitu para pelajar tidak hanya sekadar belajar saja, atau mencari ilmu saja, tapi bisa mengembangkan bakat dan potensi yang dimiliki.
Meski belajar di rumah para pelajar tidak bisa hidup tenang, karena harus menghadapi tugas yang diberikan oleh pengajar. Waktu di rumah dihabiskan untuk mengejarkan tugas–tugas menumpuk. Para pengajar memberikan tugas agar para pelajar agar mendapat nilai, dan materi pembelajaran.
Para siswa biasanya membeli paket internet sebulan sekali, kini bisa membeli paket internet 2 sampai 3 kali dalam waktu sebulan. Selain itu yang memakai wifi juga berpengaruh, karena batas internet yang sudah ditentukan mengalami pemakaian yang berlebihan ditambah terkadang wifi bermasalah, entah dari perusahaan atau hal lain. Semoga pemerintah segera mendapatkan vaksin, supaya pandemi ini segera cepet berlalu. Dan untuk semua patuhi protokol kesehatan dan juga jaga jarak. (Diah Agustianingrum)