Eko Widianto Kenalkan Budaya dan Bahasa Indonesia di Vietnam
KUDUS–Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Prodi PBSI) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muria Kudus (UMK), Eko Widianto, M.Pd., berkesempatan mengajar Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA) di Hanoi University, Vietnam, selama 4 bulan.
Selain mengajar Bahasa Indonesia di Hanoi University, ia juga mengajar di Umah Indo yang terletak di Kedutaan Besar (Kedubes) Indonesia di Vietnam. Umah Indo adalah milik KBRI Hanoi. Ini adalah sebuah kafe yang didesain sekaligus sebagai pusat pameran kebudayaan. Tahun 2018, sekaligus dibuka kelas bahasa Indonesia di sana bagi masyarakat umum Vietnam. Kegiatan di Umah Indo yakni pengajaran BIPA, kelas budaya.
Ia mengajar di sana kurang lebih selama empat bulan, terhitung mulai 28 Agustus sampai dengan 10 Desember 2018. Selama di sana, ia tinggal di sebuah apartmen bersama salah satu home staff KBRI Hanoi, di Jalan Lo Duc nomor 42, Hoan Kiem District, Hanoi Vietnam.

Pria kelahiran Jepara, 22 Mei 1992 tersebut merupakan pengajar lepas BIPA PPSDK (Pusat Pengembangan Strategi dan Diplomasi Kebahasaan) Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemdikbud yang lolos seleksi pada tahun 2016.Oleh sebab itu, PPSDK memberikan kesempatan kepada saya untuk bertugas sebagai pengajar bahasa Indonesia sekaligus mendiplomasikan budaya Indonesia.
“Pada tahun 2017, tepatnya bulan Januari sampai dengan Mei, saya ditugaskan mengajar BIPA ke Tunisia. PPSDK menilai kinerja saya selama bertugas di Tunisia cukup baik. Oleh sebab itu, saya diberikan kesempatan untuk mendiplomasikan bahasa dan budaya kembali di Hanoi, Vietnam pada tahun ini.” Tutur suami dari Shofiana tersebut.
Hingga saat ini, ia terus mengasah kemampuan dalam mengajarkan bahasa Indonesia bagi penutur asing. Khusus untuk orang Vietnam, ini bukan pertama ia mengajarkan bahasa Indonesia bagi penutur Vietnam.
“Sebelumnya, saya pernah mengajar orang Vietnam di Indonesia. Karakteristik mereka cukup unik. Dalam bahasa Vietnam dikenal intonasi, sehingga mereka selalu belajar bahasa Indonesia sesuai dengan intonasi yang dilafalkan oleh pengajarnya. Hal ini membuat mereka cukup cepat belajar bahasa Indonesia dengan baik. Selain itu, orang Vietnam memiliki etos belajar yang kuat dan baik.” Ungkap pria yang beralamat di Jl Tubagus Rt 04 Rw 01 Kerso Kedung Jepara.
Kegiatan yang ia lakukan selamat di Vietnam diantaranya pertama, Mengajar BIPA di Umah Indo dan Hanoi University. Kedua, membuka kelas budaya seperti nonton film Indonesia, masak perkedel, masak kolak, masak minuman khas Indonesia, main dakon, dan main mainan tradisional Indonesia. Ketiga, melakuka diplomasi program (promosi program ke beberapa instansi). Keempat, mengembangkan bahan ajar BIPA untuk Hanoi University Vietnam, Kelima Belajar Bahasa Vietnam, dan Mengikuti beberapa kegiatan yang diselenggarakan oleh Hanoi University dan KBRI di Sana. Ia berharap Program Pengajaran Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing di Vietnam terus berlanjut. makin tahun pemelajar makin banyak. “Selain itu semoga tahun depan BIPA menjadi mata kuliah wajib di Hanoi University, dan semoga tahun-tahun berikutnya Hanoi University Vietnam membuka jurusan bahasa Indonesia, agar bahasa Indonesia makin dikenal di dunia.” Harapnya.