ads

kudusnet.com

Informasi Lugas dan Terpercaya

Nadjib Kertapati Bedah Antologi Puisi Menjadi Dongeng

Kudusnet.com
  •  
  •  
  •  
  •  
  •  

KUDUS– Komunitas Sastra Keluarga Penulis Kudus (KPK) bekerja sama dengan Kelompok Kajian Sastra (Kasa) Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Prodi PBSI) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muria Kudus (UMK) mengadakan acara “Bincang-bincang Puisi Menjadi Dongeng” karya Mukti Surtarman Espe, pada Selasa, (30/4/2019) bertempat di ruang Seminar Rektorat Lantai IV UMK.

Mukti Sutarman Espe yang merupakan penyair ternama dari Kudus pada kesempatan tersebut meluncurkan buku terbarunya berjudul “Menjadi Dongeng”, yang dikemas dalam acara acara bincang-bincang puisi. Bincang puisi terebut menghadirkan narasumber Nadjib Kertapati yang merupakan sastrawan dari Jakarta kelahiran Pati. Ia membedah buku antologi puisi “Menjadi Dongeng” secara mendalam dan menarik. Dr. Mohammad Kanzunnudin, M.Pd., yang ditunjuk sebagai moderator bincang puisi tersebut tampak gayeng dalam memimpin diskusi.

Acara yang dihadiri sekitar 150 mahasiswa Universitas Muria Kudus tersebut dibuka dengan pembacaan puisi yang disampaikan oleh Lutfi Hibbatul Aziz dan Afif Khoirudin, yang merupakan mahasiswa PBSI UMK semester dua. Selain itu juga ada pembacaan puisi oleh Kinanti Kinasih Gusti dari Omah Dongeng Marwah dan pembacaan dari Ketua KPK oleh Widya Hastuti Ningrum, S.Pd.

Nadjib menjelaskan bahwa, puisi sah disebut puisi terletak pada indah atau tidaknya puisi itu. Bukan pada isi yang terkadandung di dalamnya. Kalau kita membaca baris demi baris kata dan menemukan keindahannya, maka itu sah disebut puisi.

“Menurut hemat saya, semua puisi yang ada paka buku ini, sah disebut puisi. Sebab Mukti mengutamakan keindahan. Bahkan untuk memberikan keindahan itu, dia bersusah payah menjaga ritme dan nada, sehingga tak jarang dalam puisinya ada efek bunyi yang apik atau indah.” Kata Nadjib.

Ia mencontohkan puisi Mukti Sutarman yang berjudul “Rindu Ibu”. Diksinya dipilih dengan sangat bagus dan menarik. Efek bunyi yang ditimbulkan pun sangat indah. Berikut kutipan puisinya.

Merindu Ibu/ tak berhabis waktu/satu lalu/ hadir lagi beribu/ seperti air kali merindu/ deras mengalir/ dan ibu setia menunggu/ sebagai hilir/ apapun yang kubawa/ibu menerima.

Setiap pembaca tentu memiliki orientasi kepentingan yang berbeda. Kalau kita meletakkan masalah humanism pada skala prioritas yang tinggi, sangat mungkin setuju untuk menyebut puisi-puisi Mukti Sutarman  punya makna yang cukup penting. “Sebab sebagian besar dari puisinya yang terdapat dalam buku antologi Menjadi Dongeng berbicara soal kemanusiaan atau humanisme.” Ungkap Nadjib.

Nadjib menambahkan, tapi, bagi yang menganggap masalah politik adalah masalah penting, maka dalam antologi puisi Mukti Sutarman ini hampir tidak ada yang berbicara masalah politik. “Penyair harus akrab dengan kamus. Dampak dari menulis puisi itu luar biasa, karena memiliki manfaat yang banyak.” Kata Dr. Mohammad Kanzunnudin, M.Pd.

“Jangan takut menulis puisi, ketika orang suka menulis puisi, maka percayalah pada saya, ketika kelak jadi pejabat ia tidak korup. Kalau ia jadi manusia, ia jadi manusia yang di atas rata-rata. ia akan jadi manusia yang lembut dan penuh kasih sayang. Ini sungguh, karena biasanya penyair itu berhati lembut. Mari angkat pena, buka buku dan mulailah menulis.” Pesan Mukti Sutarman kepada peserta yang hadir.

“Melalui kegiatan bincang puisi ini, diharapkan para peserta, khusususnya mahasiswa PBSI UMK dapat lebih produktif berkarya menulis puisi, seperti pak Mukti Sutarman,” kata Mila Roysa, S.Pd.,M.Pd., selaku kepala Prodi PBSI FKIP UMK. Selain mahasiswa PBSI UMK, acara tersebut juga dihadiri oleh anggota Kelurga Penulis Kudus, Perwakilan Omah Dongeng Marwah, Pelajar, dan masyarakat umum. (Noor Ahsin).

 

One thought on “Nadjib Kertapati Bedah Antologi Puisi Menjadi Dongeng

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *